Senin, 03 Juni 2013

PENERAPAN BUDAYA KERJA 5R DI SEBUAH TOKO


LATAR BELAKANG
        Untuk membangun dan memelihara sebuah lingkungan yang bermutu didalam sebuah organisasi diperlukan adanya penerapan budaya 5R. 5R dikenal sebagai salah satu budaya kerja dari Negara Jepang yang sudah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di berbagai Negara yang bemanfaat sebagai suatu teknik dalam peningkatan mutu suatu perusahaan. Jika 5R sering dianggap sebagai tool yang cocok diterapkan diarea pabrik, 5R juga cocok untuk diterapkan dalam sebuah toko-toko ataupun jasa pelayanan.
        Watsons merupakan toko ritel yang menerapkan budaya kerja 5R. Budaya 5R terdiri dari Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat) dan Shitsuke (Rajin). Dalam kegiatan pengumpulan data ini saya lakukan melalui survey secara langsung.
Contoh petugas yang sedang menerapkan 5R dengan meringkas barang-barang yang perlu dipindahkan

BENTUK KEGIATAN
        Watsons menerapkan definisi yang serupa 5R yaitu 5C, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.          Clearing (Seiri/Sort) = Ringkas
2.          Configure (Seiton/Set in Order) = Rapi
3.          Clean & Check (Seiso/Shine) = Resik
4.          Conformity (Seiketsu/Standardize) = Rawat
5.          Consensus or costum&Practice (Shitsuke/Sustain) = Rajin

Tahap penerapan
1.      Ringkas (Seiri/Sort)
Tahap ini adalah pembersihan area pelayana memilih dan menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai.
l   Mengemas brosur-brosur kosmetik yang sudah tidak berlaku
l   Memilih barang-barang yang mendekati masa kedaluwarsa untuk di seleksi masih layak dijual atau tidak dan menyingkirkan barang-barang yang sudah terlalu lama ke dalam gudang
l   Menyingkirka kardus-kardus yang sudah tidak berguna
l   Persediaan barang terletak dalam gudang sehingga area nampak lebih luas

2.      Rapi (Seiton/Set In Order)
Seperti halnya langkah ke2 dalam 5R yaitu mengenai konfigurasi peralatan, segala sesuatu harus berada di tempatnya masing-masing. Penataan barang jelas dengan memberi label/papan nama pada setia rak display. Dalam menata barang-barang, untuk barang-barang yang sering dicari dan diperlukan, diletakan dibagian yang strategis, mudah dilihat dan diakses. Barang-barang yang jarang dicari diletakan di bagian dalam. Meletakan barang-barang yang berat di rak bagian bawah dengan maksud agar lebih aman. Pelayanannya juga rapi mengenakan baju seragam

3.      Resik (Seiso/Shine)
Terdapat petugas kusus yang bertanggung jawab dalam hal kebersihan. Petugas tersebut setiap harinya membersihkan area. Memastikan segala sesuatunya berfungsi sebagaimana mestinya (seperti mesin kasir, pembaca barcode dan sebagainya).
4.      Rawat (Seiketsu/Standardize)
Langkah ke-4 ini adalah standardize artinya memiliki standar dalam melakukan segala pekerjaandalam proses (artinya juga melakukan segala hal yang seharusnya dikerjakan dan tidak melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan). Untuk memastikannya, adanya pengawasan dari atasan dan semua itu di awali dari manajer toko tersebut. Adanya pemeliharaan barang-barang atau area pelayanan agar teratur, rapi, dan bersih.

5.      Rajin (Shitsuke)
Inilah langkah terakhir dalam 5R yaitu Rajin. Pada tahap ini lebih mengarah kepada membangu kesadaran masing-masing individu dalam menjalankan tugas-tugasnya. Saya lihat para staf Watsons menerapkan budaya rajin dengan penampilannya yang selalu rapi. Segera membersihkan kotoran yang tercarar. Tidak membiarkan rak display kosong saat pelanggan sudah mengambil produk tersebut dan segera mengisi dengan stok persediaan yang baru.


TOKO YANG TIDAK MENERAPKAN BUDAYA 5R
Gambar ini adalah conto toko Ritel yang tidak menerapkan budaya kerja 5R


Adapun akibat bila tidak menerapkan 5R:
Ini gambarang sebuah toko yang tidak menerapkan budaya 5R 
1.     Tidak menerapkan budaya ringkas/seiri
-Akibat stok barang yang menumpuk area pelayanan yangsudah sempit akan semakin sempit.
-Karena barang yang tidak perlu diletakan tidak pada tempatnya, gerakan pelayanan akan terganggu.
-Stok barang yang berlebihan, menyebabkan timbulnya biaya perawatan dan penurunan kualitas barangyang disimpan sehingga tidak bisa dipake lagi

2.  Tidak menerapkan budaya rapi/seiton
-Hanya orang tertentu saja yang mengetahui letak penyimpananbarang
-Barang-barang yang tidak campur aduk dan tidak di letakan sebagaimana mestinya sehingga kesulitan dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mendapatkannya
-Tempat area pelayanan yang tidak rapi akan mengganggu pemandangan dan mengurangi semangat kerja

3. Tidak menerapkan budaya resik/seiso
-Pada bagian-bagian yang tidak terjangkau perawatannya, kerusakan barang ataupun mesin kasir akan sering terjadi
-Kotoran atau debu yang beterbangan dapat mengganggu kesehatan
-Ruangan yang berantakan bisa menimbulkan pekerjaan tidak efisien
-Mengurangi minat daya beli pengunjung karena produ-produk yang terlihat kotor
4. Tidak menerapkan budaya rawat/seiketsu
-Karena peletakan susunan peralatan kerja kurang baik, setiap hari sehabis kerja selalu harus mengecek kembali
5.  Tidak menerapkan budaya rajin/shitsuke
Walaupun dilakukan pembersihan area pelayanan akan tetap kembali ke kondisi semula karena dari awalnya individu itu sendiri tidak memiliki sikap ataupun perilaku yang rajin